MEDAN - Pakar komunikasi dan motivator nasional, Dr Aqua Dwipayana merasa bersyukur memiliki profesi sebagai wartawan.
Hal itu dijelaskannya saat memberikan materi kepada 37 peserta Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI) di Hotel Grand Inna, Kota Medan, Sumatera Utara, Kamis (26/9/2024) sekira pukul 10:00 wib.
"Satu yang paling mendasar, saya ingin menyampaikan ke teman - teman semua nya, bersyukur lah menjadi wartawan dan lebih bersyukur lagi bagaimana menjadi wartawan yang berintegritas, " ajak pria yang pernah menulis di harian jawa pos Indonesia.
Dalam penyampaiannya, Aqua tahu benar bagaimana kondisi wartawan saat ini, karena dirinya pernah menjadi humas di salah satu perusahaan.
Baca juga:
Panggil Namaku 'Siti'
|
"Dan mohon maaf saja, ketika saya jadi humas, asal ada setiap kegiatan, wartawan yang hadir itu ratusan, tapi yang benar - benar wartawan itu hanya lima. Ini mohon maaf, saya bicara apa adanya, karena saya orang Siantar. Dan sebagian wartawan yang mengaku - ngaku itu dari Sumatera Utara, " sebutnya.
Menjadi wartawan memiliki tantangan yang luar biasa, namun semua itu harus tetap disyukuri.
"Teman - teman bersyukur karena bisa ikut SJI, karena diluar sana pasti banyak orang yang ingin ikut, tapi ini adalah pilihan. Jadi selama ada disini betul - betul totalitas, karena kesempatan ini tidak di semua provinsi, " kata Aqua sembari menjelaskan bahwa dia sebelumnya juga pernah di Palembang, Banjarmasin dan juga kota - kota lain.
Selain bersyukur, Aqua juga mengajarkan untuk memperbanyak koneksi dengan cara jalin silaturahmi, baik itu secara telekomunikasi maupun melalui tatap muka.
"Satu hal yang paling mendasar, rejeki sebagai wartawan yang tidak dimiliki oleh banyak profesi lain adalah kesempatan untuk berjejaring. Kita tinggal pilih aja, mau jadi wartawan jangka panjang atau jangka pendek, pilihan nya pada kita, kalau dulu saya jadi wartawan saya pilih jangka panjang, " ungkapnya.
Selama menjadi wartawan, Aqua menceritakan pengalamannya setiap ketemu narasumber yang dibenaknya hanyalah data.
"Jadi, ketemu nara sumber, yang saya pikirkan itu adalah saya mendapatkan data, saya tidak mikir yang lain, gak munafik semua orang butuh uang, tapi saya gak begitu, " katanya.
"Saya selalu mengatakan kalau ketemu narasumber hanya satu yang kita butuhkan, informasi. Kalau kita seperti itu, kita tidak banyak kecewa nya, tapi kalau dalam pikiran kita itu berpikir dikasih ini dikasih itu, begitu gak dikasih kita ngomel-ngomel, berdosa kita, " sambungnya.
Pertemuan di SJI, menurut Aqua nilainya melebihi uang, karena apa?, tidak banyak bagi orang yang berkesempatan di ruangan tersebut, yang nama motivator banyak, tapi yang punya kesempatan pagi ini hanya saya sendiri, makanya begitu saya dapat amanah, gak ada kata lain, optimalkan.
"Dan satu hal lagi, saya gak berpikir dapat apa atau dapat berapa, kalau saya berpikir secara profesional saya tidak datang kesini, saya sebagai pembicara profesional kalau bicara itu minimal 2 jam, " ungkap pria kelahiran Siantar.
Karena sebagai muslim, Aqua meyakini, rezeki setiap orang itu sudah dicatat jauh sebelum orang itu lahir.
"Jadi kalau kita kerja baik, kita kerja benar, rejeki itu pasti akan datang sendiri, dan rejeki itu tidak semata mata uang. Pagi ini saya ketemu dengan abang - abang, kakak - kakak ini rejeki luar biasa untuk saya, " tegasnya.
Satu hal lagi yang ditekankan Aqua, ketika peserta SJI hadir (di ruangan), harus didasari dengan keikhlasan. Dan Aqua menyarankan sebelum berada di ruangan, terlebih dahulu di searching di internet siapa pembicaranya.
"Terus terang saja, banyak yang ingin berbicara sebagai dosen di SJI, tapi gak banyak yang punya kesempatan, " sebutnya.
Aqua mengajak peserta yang sudah berada di ruangan untuk fokus, serius dan menyimak, karena menyimak itu adalah ilmu tertinggi dalam komunikasi, bukan melihat, mendengar, menonton, menyaksikan.
Aqua juga menganjurkan ketika ada sesi tanya jawab, jangan ragu - ragu untuk bertanya atau memberikan pendapat, tapi jangan sekali - sekali menguji pembicaranya.
"Kadang - kadang kita merasa hebat, merasa pintar, sebenarnya orang yang begitu tidak punya apa - apa, itu dia ingin menunjukan tapi justru menunjukan kekurangan nya, " sambungnya sambil menjelaskan bahwa dirinya pernah mengajar di depan 150 siswa dari belasan negara.
Termasuk di kelas ini (red), belum tentu yang banyak omong jadi yang terbaik. Kalau mau jadi wartawan yang baik dan benar, perbaiki diri dan jangan cepat puas, kalau ada penyampaian - penyampaian semua karena Allah, itulah poin - poinnya.
Dalam penyampaiannya, berkali - kali Aqua mengingatkan peserta untuk selalu bersyukur, Mulai dari bangun tidur selalu mengawali dengan bismillah, jadi nya selalu melibatkan Allah dalam kegiatan itu.
Ternyata, Aqua yang sedang memberikan materi di acara SJI bukan hanya sekedar menjadi pengajar, melainkan ingin menyambung silaturahmi dengan rekan - rekan yang berada di Kota Medan.
"Saya satu hari ini silaturahmi ketemu Danlantamal l Belawan, Danyon marinir, pengusaha besar jakarta yang sedang di Adi mulia, ke Kim l mau ketemu melihat perusahaan gas terbesar di Indonesia yaitu samator, dan dia punya jaringan di 5 provinsi, " sebut pria yang mengaku pekerjaan terakhirnya keliling dunia.
Prinsip Aqua, karena sering ke daerah - daerah, ia kebanyakan melihat wartawan yang copy paste (copas), Berita nya seragam.
"kalau mau sukses harus konsisten, ini menjadi hal yang sangat penting, ada gak ada berita, kita tetap menjaga Komunikasi, jangan copas, ” sambungnya.
Lebih jauh menurut Aqua, menjadi wartawan sekarang ini cukup gampang, tinggal ambil sana sini diolah sampai jadi. Tapi gak punya roh gak ada nilai.
"Kalau kita ketemu dengan narasumber, ada hal - hal menarik, eksklusif yang kami dapat. Dan ini juga mempererat hubungan kita dengan mereka, saya jadi wartawan dari tahun 88 sampai 94, tapi sampai hari ini saya masih hubungan baik dengan narasumber saya, Kunci utama dari semua itu menurut saya adalah niat (nawa itunya), " ungkapnya.
Penelusuran Aqua, ketika ketemu Narasumber, tunjukan bahwa sejatinya jurnalis itu bersifat objektif, tidak berpihak, mengutamakan kebenaran dan tidak mencampurkan opini.
"Kita bicara kejujuran, jadilah manusia yang hatinya bersih, jangan biarkan satu titik noda masuk ke hati kita, ini pesan saya kepada kakak - kakak, karena perempuan yang punya hati, " pungkas Aqua sambil guyon (tertawa).
Dipertengahan materinya, Aqua memutarkan video terkait seorang wanita yang meraih pendidikan di usia 65 tahun untuk meraih S1, S2 nya di umur 73 tahun dan S3 nya di umur 77 tahun.
"Ini memang lucu-lucu (red), tapi banyak pelajaran yang diambil. Intinya kalau kita menyimak itu betul - betul menampar diri kita, bagaimana seorang ibu Patricia umurnya 65 tahun dan dia masih punya semangat yang luar biasa. Dan ketika dia punya keyakinan dan memohon kepada Tuhan, itu akan dilancarkan semuanya, kemudian dia dengan caranya bisa melewati semua itu, pertama dia bisa menyiasati dengan suaminya, kemudian selama 12 tahun, dia dengan usia 77 tahun dan di kampung mengajar mahasiswa yang usianya sama dengan cucu dan anaknya.Tapi apa yang terjadi semua itu bisa dilaluinya, " tutup pria yang pernah mendapatkan piagam penghargaan dari Lembaga Prestasi Rekor Indonesia Dunia (Leprid).
Penulis: Alamsyah